Raja-Raja Yogya

Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan sedikit dari peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara yang masih hidup hingga kini, dan masih mempunyai pengaruh luas di kalangan rakyatnya.

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755. Pemerintah Hindia Belanda mengakui Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Semua itu dinyatakan di dalam kontrak politik. Kontrak politik terakhir Kasultanan tercantum dalam Staatsblad 1941, No. 47.

Berikut ini merupakan Sultan-sultan yang memerintah di Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat sejak awal didirikan hingga sekarang adalah :

1. Sultan Hamengku Buwono I
Sultan Hamengku Buwono I (6 Agustus 1717 – 24 Maret 1792) terlahir dengan nama Raden Mas Sujana yang merupakan adik Susuhunan Mataram II Surakarta. Sultan Hamengkubuwana I dalam sejarah terkenal sebagai Pangeran Mangkubumi pada waktu sebelum naik tahta kerajaan Ngayogyakarta, beliau adalah putra Sunan Prabu dan saudara muda Susuhunan Pakubuwana II. Karena berselisih dengan Pakubuwana II, masalah suksesi, ia mulai menentang Pakubuwana II (1747) yang mendapat dukungan Vereenigde Oost Indische Compagnie atau lebih terkenal sebagai Kompeni Belanda (perang Perebutan Mahkota III di Mataram).

Dalam pertempurannya melawan kakaknya, Pangeran Mangkubumi dengan bantuan panglimanya Raden Mas Said, terbukti sebagai ahli siasat perang yang ulung, seperti ternyata dalam pertempuran-pertempuran di Grobogan, Demak dan pada puncak kemenangannya dalam pertempuran di tepi Sungai Bagawanta. Disana Panglima Belanda De Clerck bersama pasukannya dihancurkan (1751). peristiwa lain yang penting menyebabkan Pangeran Mangkubumi tidak suka berkompromi dengan Kompeni Belanda. Pada tahun 1749 Susuhunan Pakubuwana II sebelum mangkat menyerahkan kerajaan Mataram kepada Kompeni Belanda; Putra Mahkota dinobatkan oleh Kompeni Belanda menjadi Susuhunan Pakubuwana III. Kemudian hari Raden Mas Said bercekcok dengan Pangeran Mangkubumi dan akhirnya diberi kekuasaan tanah dan mendapat gelar pangeran Mangkunegara.

Pangeran Mangkubumi tidak mengakui penyerahan Mataram kepada Kompeni Belanda. Setelah pihak Belanda beberapa kali gagal mengajak Pangeran Mangkubumi berunding menghentikan perang dikirimkan seorang Arab dari Batavia yang mengaku ulama yang datang dari Tanah Suci. Berkat pembujuk ini akhirnya diadakan perjanjian di Giyanti (sebelah timur kota Surakarta) antara Pangeran Mangkubumi dan Kompeni Belanda serta Susuhunan Pakubuwana III (1755). Menurut Perjanjian Giyanti itu kerajaan Mataram dipecah menjadi dua, ialah kerajaan Surakarta yang tetap dipimpin oleh Susuhunan Pakubuwana III dan kerajaan Ngayogyakarta dibawah Pangeran Mangkubumi diakui sebagai Sultan Hamengkubuwana I yang bergelar Senopati Ing Ngalaga Sayidin Panatagama Khalifatullah dengan karatonnya di Yogyakarta. Atas kehendak Sultan Hamengkubuwana I kota Ngayogyakarta (Jogja menurut ucapan sekarang) dijadikan ibukota kerajaan. Kecuali mendirikan istana baru, Hamengkubuwana I yang berdarah seni mendirikan bangunan tempat bercengrama Taman Sari yang terletak di sebelah barat istananya. Kisah pembagian kerajaan Mataram II ini dan peperangan antara pangeran-pangerannya merebut kekuasaan digubah oleh Yasadipura menjadi karya sastra yang disebut Babad Giyanti. Sultan Hamengkubuwana I dikenal oleh rakyatnya sebagai panglima, negarawan dan pemimpin rakyat yang cakap. Beliau meninggal pada tahun 1792 Masehi dalam usia tinggi dan dimakamkan Astana Kasuwargan di Imogiri. Putra Mahkota menggantikannya dengan gelar Sultan Hamengkubuwono II. Hamengkubuwana I dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia pada peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2006.

2. Sultan Hamengku Buwono II

Hamengkubuwono II (7 Maret 1750 – 2 Januari 1828) atau terkenal pula dengan nama lainnya Sultan Sepuh. Dikenal sebagai penentang kekuasaan Belanda, antara lain menentang gubernur jendral Daendels dan Raffles, sultan menentang aturan protokoler baru ciptaan Daendels mengenai alat kebesaran Residen Belanda, pada saat menghadap sultan misalnya hanya menggunakan payung dan tak perlu membuka topi, perselisihan antara Hamengkubuwana II dengan susuhunan surakarta tentang batas daerah kekuasaan juga mengakibatkan Daendels memaksa Hamengkubuwono II turun takhta pada tahun 1810 dan untuk selanjutnya bertahta secara terputus-putus hingga tahun 1828 yaitu akhir 1811 ketika Inggris menginjakkan kaki di jawa (Indonesia) sampai pertengahan 1812 ketika tentara Inggris menyerbu keraton Yogyakarta dan 1826 untuk meredam perlawanan Diponegoro sampai 1828. Hamengkubuwono III, Hamengkubuwono IV dan Hamengkubuwono V sempat bertahta saat masa hidupnyaSri Sultan Hamengku Buwono II.

Saat menjadi putra mahkota beliau mengusulkan untuk dibangun benteng kraton untuk menahan seragan tentara inggris. Tahun 1812 Raffles menyerbu Yogyakarta dan menangkap Sultan Sepuh yang kemudian diasingkan di Pulau Pinang kemudian dipindah ke Ambon.

3. Sultan Hamengku Buwono III
Hamengkubuwana III (1769 – 3 November 1814) adalah putra dari Hamengkubuwana II (Sultan Sepuh). Hamengkubuwana III memegang kekuasaan pada tahun 1810. Setahun kemudian ketika Pemerintah Belanda digantikan Pemerintah Inggris di bawah pimpinan Letnan Gubernur Raffles, Sultan Hamengkubuwana III turun tahta dan kerajaan dipimpin oleh Sultan Sepuh (Hamengkubuwana II) kembali selama satu tahun (1812). Pada masa kepemimpinan Sultan Hamengkubuwana III keraton Yogyakarta mengalami kemunduran yang besar-besaran. Kemunduran-kemunduran tersebut antara lain :
1. Kerajaan Ngayogyakarta diharuskan melepaskan daerah Kedu, separuh Pacitan, Japan, Jipang dan Grobogan kepada Inggris dan diganti kerugian sebesar 100.000 real setahunnya.
2. Angkatan perang kerajaan diperkecil dan hanya beberapa tentara keamanan keraton.
3. Sebagian daerah kekuasaan keraton diserahkan kepada Pangeran Notokusumo yang berjasa kepada Raffles dan diangkat menjadi Pangeran Adipati Ario Paku Alam I.

Pada tahun 1814 Hamengkubuwana III mangkat dalam usia 43 tahun.

4. Sultan Hamengku Buwono IV
Hamengkubuwono IV (3 April 1804 – 6 Desember 1822) sewaktu kecil bernama BRM Ibnu Jarot, diangkat sebagai raja pada usia 10 tahun, karenanya dalam memerintah didampingi wali yaitu Paku Alam I hingga tahun 1820. Pada masa pemerintahannya diberlakukan sistem sewa tanah untuk swasta tetapi justru merugikan rakyat. Pada tahun 1822 beliau wafat pada saat bertamasya sehingga diberi gelar Sultan Seda Ing Pesiyar (Sultan yang meninggal pada saat berpesiar).

5. Sultan Hamengku Buwono V
Hamengkubuwono V (25 Januari 1820 – 1826 dan 1828 – 4 Juni 1855) bernama kecil Raden Mas Menol dan dinobatkan sebagai raja di kesultanan Yogyakarta dalam usia 3 tahun. Dalam memerintah beliau dibantu dewan perwalian yang antara lain beranggotakan Pangeran Diponegoro sampai tahun 1836. Dalam masa pemerintahannya sempat terjadi peristiwa penting yaitu Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang berlangsung 1825 – 1830. Setelah perang selesai angkatan bersenjata Kesultanan Yogyakarta semakin diperkecil lagi sehingga jumlahnya menjadi sama dengan sekarang ini. Selain itu angkatan bersenjata juga mengalami demiliterisasi dimana jumlah serta macam senjata dan personil serta perlengkapan lain diatur oleh Gubernur Jenderal Belanda untuk mencegah terulangnya perlawanan kepada Belanda seperti waktu yang lalu.


Beliau mangkat pada tahun 1855 tanpa meninggalkan putra yang dapat menggantikannya dan tahta diserahkan pada adiknya.

6. Sultan Hamengku Buwono VI
Sultan Hamengku Buwono VI (19 Agustus 1821 – 20 Juli 1877) adalah adik dari Hamengkubuwono V. Hamengkubuwono VI semula bernama Pangeran Adipati Mangkubumi. Kedekatannya dengan Belanda membuatnya mendapat pangkat Letnan Kolonel pada tahun 1839 dan Kolonel pada tahun 1847 dari Belanda.

7. Sultan Hamengku Buwono VII
Nama aslinya adalah Raden Mas Murtejo, putra Hamengkubuwono VI yang lahir pada tanggal 4 Februari 1839. Ia naik takhta menggantikan ayahnya sejak tahun 1877.

Pada masa pemerintahan Hamengkubuwono VII, banyak didirikan pabrik gula di Yogyakarta, yang seluruhnya berjumlah 17 buah. Setiap pendirian pabrik memberikan peluang kepadanya untuk menerima dana sebesar Rp 200.000,00. Hal ini mengakibatkan Sultan sangat kaya sehingga sering dijuluki Sultan Sugih.

Masa pemerintahannya juga merupakan masa transisi menuju modernisasi di Yogyakarta. Banyak sekolah modern didirikan. Ia bahkan mengirim putra-putranya belajar hingga ke negeri Belanda.

Pada tanggal 29 Januari 1920 Hamengkubuwono VII yang saat itu berusia lebih dari 80 tahun memutuskan untuk turun tahta dan mengangkat putra mahkota sebagai penggantinya. Konon peristiwa ini masih dipertanyakan keabsahannya karena putera mahkota (GRM. Akhadiyat) yang seharusnya menggantikan tiba-tiba meninggal dunia dan sampai saat ini belum jelas penyebab kematiannya.

Dugaan yang muncul ialah adanya keterlibatan pihak Belanda yang tidak setuju dengan putera Mahkota pengganti Hamengkubuwono VII yang terkenal selalu menentang aturan-aturan yang dibuat pemerintah Batavia.

Biasanya dalam pergantian tahta raja kepada putera mahkota ialah menunggu sampai sang raja yang berkuasa meninggal dunia. Namun kali ini berbeda karena pengangkatan Hamengkubuwono VIII dilakukan pada saat Hamengkubuwono VII masih hidup, bahkan menurut cerita masa lalu sang ayah diasingkan oleh anaknya pengganti putera mahkota yang wafat ke Keraton di luar keraton Yogyakarta.

Hamengkubuwono VII dengan besar hati mengikuti kemauan sang anak (yang di dalam istilah Jawa disebut mikul dhuwur mendhem jero) yang secara politis telah menguasai kondisi di dalam pemerintahan kerajaan. Setelah turun tahta, Hamengkubuwono VII pernah mengatakan “Tidak pernah ada Raja yang mati di keraton setelah saya” yang artinya masih dipertanyakan. Sampai saat ini ada dua raja setelah dirinya yang meninggal di luar keraton, yaitu Hamengkubuwono VIII meninggal dunia di tengah perjalanan di luar kota dan Hamengkubuwono IX meninggal di Amerika Serikat. Bagi masyarakat Jawa adalah suatu kebanggaan jika seseorang meninggal di rumahnya sendiri. Hamengkubuwono VII meninggal di keraton pada tanggal 30 Desember 1931 dan dimakamkan di Imogiri.

Versi lain mengatakan bahwa Hamengkubuwono VII meminta pensiun kepada Belanda untuk madeg pandito (menjadi pertapa) di Pesanggrahan Ngambarukmo (sekarang Ambarukmo). Sampai saat ini bekas pesanggrahan itu masih ada dan di sebelah timurnya dulu pernah berdiri Hotel Ambarukmo yang sekarang sudah tidak ada lagi.

8. Sultan Hamengku Buwono VIII
Sri Sultan Hamengkubuwono VIII (Kraton Yogyakarta Adiningrat, 3 Maret 1880 – Kraton Yogyakarta Adiningrat, 22 Oktober 1939) adalah salah seorang raja yang pernah memimpin di Kesultanan Yogyakarta. Dinobatkan menjadi Sultan Yogyakarta pada tanngal 8 Februari 1921. Pada masa Hamengkubuwono VIII, Kesultanan Yogyakarta mempunyai banyak dana yang dipakai untuk berbagai kegiatan termasuk membiayai sekolah-sekolah kesultanan.
Putra-putra Hamengkubuwono VIII banyak disekolahkan hingga perguruan tinggi, banyak diantaranya di Belanda. Salah satunya adalah GRM Dorojatun, yang kelak bertahta dengan gelar Hamengkubuwono IX, yang bersekolah di Universitas Leiden.

Pada masa pemerintahannya, beliau banyak mengadakan rehabilitasi bangunan kompleks keraton Yogyakarta. Salah satunya adalah bangsal Pagelaran yang terletak di paling depan sendiri (berada tepat di selatan Alun-alun utara Yogyakarta). Bangunan lainnya yang rehabilitasi adalah tratag Siti Hinggil, Gerbang Donopratopo, dan Masjid Gedhe. Beliau meninggal pada tanggal 22 Oktober 1939 di RS Panti Rapih Yogyakarta karena menderita sakit.

9. Sultan Hamengku Buwono IX
Sri Sultan Hamengkubuwono IX (Yogyakarta, 12 April 1912-Washington, DC, AS, 1 Oktober 1988) adalah salah seorang raja yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Beliau juga Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun 1973-1978. Beliau juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.Lahir di Yogyakarta dengan nama GRM Dorojatun, Hamengkubuwono IX adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Diumur 4 tahun Hamengkubuwono IX tinggal pisah dari keluarganya. Dia memperoleh pendidikan di HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di Bandung. Pada tahun 1930-an beliau berkuliah di Universiteit Leiden, Belanda (”Sultan Henkie”). Hamengkubuwono IX dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940 dengan gelar “Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo Ngabdurrokhman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Songo”. Beliau merupakan sultan yang menentang penjajahan Belanda dan mendorong kemerdekaan Indonesia. Selain itu, dia juga mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus bagi Yogyakarta dengan predikat “Istimewa”.
Sejak 1946 beliau pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet yang dipimpin Presiden Soekarno. Jabatan resminya pada tahun 1966 adalah ialah Menteri Utama di bidang Ekuin. Pada tahun 1973 beliau diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya pada tahun 1978, beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan alasan kesehatan. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan sebenarnya ia mundur adalah karena tak menyukai Presiden Soeharto yang represif seperti pada Peristiwa Malari dan hanyut pada KKN.

Minggu malam pada 1 Oktober 1988 ia wafat di George Washington University Medical Centre, Amerika Serikat dan dimakamkan di pemakaman para sultan Mataram di Imogiri.

10. Sultan Hamengku Buwono X
Sri Sultan Hamengkubuwono X (Kraton Yogyakarta Hadiningrat, 2 April 1946 – sekarang) adalah salah seorang raja yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sejak 1998. Hamengkubuwono X lahir dengan nama BRM Herjuno Darpito. Setelah dewasa bergelar KGPH Mangkubumi dan setelah diangkat sebagai putra mahkota diberi gelar KGPAA Hamengku Negara Sudibyo Rajaputra Nalendra ing Mataram. Hamengkubuwono X adalah seorang lulusan Fakultas Hukum UGM dan dinobatkan sebagai raja pada tanggal 7 Maret 1989 (Selasa Wage 19 Rajab 1921) dengan gelar resmi Sampeyan Dalem ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono Senapati ing Alogo Ngabdurrokhman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Dasa.

Hamengkubuwono X aktif dalam berbagai organisasi dan pernah memegang berbagai jabatan diantaranya adalah ketua umum Kadinda DIY, ketua DPD Golkar DIY, ketua KONI DIY, Dirut PT Punokawan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi, Presiden Komisaris PG Madukismo, dan pada bulan Juli 1996 diangkat sebagai Ketua Tim Ahli Gubernur DIY.Setelah Paku Alam VIII wafat, dan melalui beberapa perdebatan, pada 1998 beliau ditetapkan sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dengan masa jabatan 1998-2003. Dalam masa jabatan ini Hamengkubuwono X tidak didampingi Wakil Gubernur. Pada tahun 2003 beliau ditetapkan lagi, setelah terjadi beberapa pro-kontra, sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta untuk masa jabatan 2003-2008. Kali ini beliau didampingi Wakil Gubernur yaitu Paku Alam IX.Sejak menggantikan ayahnya, Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang meninggal di Amerika, 8 Oktober 1988, Ngersa Dalem, demikian ia biasa disapa, dikenal sebagai sosok yang dekat dengan rakyatnya.

Dalam suatu kesempatan, ia pernah mengatakan, keberpihakan pada rakyat itu tetap harus dilakukan sebagai suatu panggilan. “Saya harus membentuk jati diri untuk tumbuh dan mengembangkan wawasan untuk keberpihakan itu sendiri sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan. Selain itu, masyarakat juga agar mengetahui setiap gerak langkah saya dalam membentuk jati diri, dan rakyat diberi kesempatan untuk melihat bener atau tidak, mampu atau tidak, sependapat atau tidak, dan sebagainya”, ujuarnya.

Keberpihakannya pada rakyat ini memang terbukti. Pada 14 Mei 1998, ketika gelombang demontrasi mahasiswa semakin membesar, Sultan mengatakan, “Saya siap turun ke jalan”. Ia benar-benar tampil dan berpidato di berbagai tempat menyuarakan pembelaan pada rakyat, sambil berpesan “Jogja harus menjadi pelopor gerakan reformasi secara damai, tanpa kekerasan”.Aksi turun ke jalan yang dilakukan Sri Sultan HB X itu bukan tanpa alasan. “Jika pemimpin tidak benar, kewajiban saya untuk mengingatkan. Karena memang kebangetan (keterlaluan), ya tak pasani sesasi tenan (ya saya puasai sebulan penuh)”, katanya.

Puasa itu dimulai 19 April dan berakhir 19 Mei 1998 saat Sri Sultan HB X dan Sri Paku Alam VIII tampil bersama menyuarakan “Maklumat Yogyakarta”, yang mendukung gerakan reformasi total dan damai. Itu yang dia sebut ngelakoni. Pada akhir puasa, ia mengaku mendapat isyarat kultural “Soeharto jatuh, manakala omah tawon sekembaran dirubung laron sak pirang-pirang” (sepasang sarang tawon dikerumuni kelekatu dalam jumlah sangat banyak).
“Bukan maksud saya mengabaikan peran mahasiswa. Saya hanya mendukung gerakan itu dengan laku kultural. Itu maksud saya”. Memang, sehari setelah banjir massa yang jumlahnya sering disebut lebih dari sejuta manusia di Alun-alun Utara Jogjakarta—mengikuti Aksi Reformasi Damai dengan mengerumuni sepasang berigin berpagar (ringin kurung)—Soeharto pun lengser.

Sri Sultan HB X dengan Keraton Jogjakarta-nya memang fenomenal. Kedekatannya dengan rakyat, dan karena itu juga kepercayaan rakyat terhadapnya, telah menjadi ciri khas yang mewarisi hingga kini. Lihat saja, misalnya, pada 20 Mei 1998, di bawah reksa Sultan, aparat keamanan berani melepas mahasiswa ke alun-alun utara. Sebelum itu hampir setiap hari mahasiswa bersitegang melawan aparat keamanan untuk keluar dari kampus.
Di pagi hari yang cerah di hari peringatan Kebangkitan Nasional 1998 itu, mahasiswa berbaris dengan amat tertib menyuarakan “mantra” sakti reformasi menuju Alun-alun Utara. Mereka pergi untuk mendengarkan maklumat yang akan dibacakan sebagai semacam pernyataan politik Sri Sultan.
Di era reformasi, bersama Gus Dur, Megawati dan Amien Rais, Sultan Hamengku Buwono X menjadi tokoh yang selalu diperhitungkan. Legitimasi mereka berempat sebagai tokoh-tokoh yang dipercaya rakyat bahkan melebihi legitimasi yang dimiliki lembaga formal seperti DPR. Mereka berempat adalah deklarator Ciganjur, yang lahir justru ketika MPR sedang melakukan bersidang. Mereka berempat, plus Nurcholis Madjid dan beberapa tokoh nasional lain, diundang Pangab Jenderal TNI Wiranto untuk ikut mengupayakan keselamatan bangsa, setelah pristiwa kerusuhan di Ambon.Pada masa kepemimpinannya, Yogyakarta mengalami gempa bumi yang terjadi pada bulan Mei 2006 dengan skala 5,9 sampai dengan 6,2 Skala Richter yang menewaskan lebih dari 6000 orang dan melukai puluhan ribu orang lainnya.

Pada peringatan hari ulang tahunnya yang ke-61 di Pagelaran Keraton 7 April 2007, ia menegaskan tekadnya untuk tidak lagi menjabat setelah periode jabatannya 2003-2008 berakhir. Dalam pisowanan agung yang dihadiri sekitar 40.000 warga, ia mengaku akan mulai berkiprah di kancah nasional. Ia akan menyumbangkan pemikiran dan tenaganya untuk kepentingan bangsa dan negara.

  1. boleh minta foto2 asli suktan

  2. sejarah yang cukup bagus kami ingin tahu silsilah dari pramesurinya pula.

  3. 1. Bolehkah saya mengetahui siapa2 saja keturunan ISKS Hamengku Buwono II dari GKR Hemas ?
    2, Apakah KGPad Mangkudiningrat putra kandung Hamengku Buwono II ?
    3. Siapakah Gusti Pengaran Haryo Mulyodiningrat (Raden Nganten)
    4. Hamengku Buwono VIII yang diangkat oleh Belanda bukan Putra Mahkota, lalu siapakah dia yang diangkat sebagai Hamgengku Buwono VIII.
    5.Untuk penjelasan lebih detail bolehkah kami minta informasi silsilah nya, terima kasih

      • raden nabuwono
      • August 1st, 2012

      Dr darah isteri kedua anak pertama bernama raden saad.

      • hb 2 anak asli hb 1,hb 2 punya anak 80 orang,untuk nama di saya ada semua.hb 8 tetap keturunan hb 7 nama asli gusti suyati.kurang jelas hubungi saya 085231996177

        • arif
        • September 29th, 2014

        bade nderek tangklet raden, dalam silsilah keluarga kami tertulis Jarot mangkubuwono, nopo niku wonten ten silsilah kerato? matur nuwun infonya

        • arif
        • September 29th, 2014

        assalamualaikum… nuwun sewu bade nderek tangklet, dalam silsilah keluarga kami ada nama Jarot mangkubuwono,nopo wonten ten data keraton?

      • eko supriyanto
      • October 5th, 2014

      Pingin tau juga

    • Siti Nurbaya
    • October 17th, 2010

    Informasi yang cukup baik.

    Buyot saya pernah mencerita dia dari darah keturunan wali dari jawa tengah. Adakah cara yang bisa mencari menjejak keturunan? Saya seorang anak jawa yang ingin mencari identiti keluarganya.

      • raden nabuwono
      • August 1st, 2012

      Bg nama penuh boyot anda dan nama bapanya.tq

  4. kesultanan ngayogyakarta harus tetap berdiri kokoh seperti sebelum sebelumnya jangan pernah biarkan gubernur diy di ganti oleh rakyat biasa, sby sembrono dlm bertindak

    • raden nabuwono
    • August 1st, 2012

    Saya adalah keturunan hamengku buwono ke7.keturunan ke 7.anak baginda yg mati d amerika syarikat adalah helah belanda yg berpakat dgn istana. Pihak isteri kedua.ini yg sekarang menjadi pewaris sampai kini.anak itu dhantar belanda ke jambi dan berkahwin dgn puteri jambi.beliau menjadi menjadi raja d daerah pencil jajahan jambi dgn gelaran sultan alaudinriayat shah.anak baginda yg sulung merajuk akibat pertikaian dalaman istana melarikan diri ke daerah jempol.bergelar tuaku ambong.anaknnnya menjadi rakyat tanah melayu bernama tuanku noh.anaknya itu pula dberinama tuanku musa.anaknya pula bernama ridzuan.kami semua menjadi rakyat biasa sehinga saya d tabalkan melalui mimpi dalam sedar.memegang keris gading sakti emas.berbentuk keris kuasa keturunan.naga bersayap membentuk dasar hulu dan ekornya menjadi ujung keris.ddalam mulut naga ada geliga hitam.tetapi saya tau ini semua takdir allah kerana firmannya! Tidak aku jadikan sesuatu dgn sia sia.bermaksud saya kena terima takdir ada hikmah d sebalik semua ini.wasalam

    • arina
    • August 29th, 2012

    knp banyak sekali yang mengaku keturunan kerajaan jogja, yg sebenarnya bukan sm sekali. bahkan jelas – jelas bukan. knp tetap diberi gerlar ketika mereka mengurus smwnya ke keraton?????. knp????.

      • endah pancaningsih curtis
      • January 4th, 2017

      Arina, mungkin tidak mengaku-aku, kalau raja punya banyak istri dan selir yaa, jadinya begitulah banyak anak, banyaak keturunan. Lha yang mempunyai istri saja senang kok….

    • babulu
    • August 30th, 2012

    YOGYAKARTA ADALAH PAKUNING TANAH JAWA DAN JAWA ADALAH JANTUNGNYA INDONESIA SELAMAT MENIKMATI KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA

      • Agung Setyo W
      • August 21st, 2017

      Andai bs milih, ku jd anak raja Anu. tp tu kan cuma kebanggaan dunia. masakan yg sdah dipilihkan tak disyukuri?

    • sarju
    • January 3rd, 2013

    smoga tetep jaya selalu untuk kraton yogyakarta….

    • wind
    • January 12th, 2013

    adakah biografi masing2 sultan tersebut diatas? apabila ada, boleh dishare?

    • belum ada pak, mungkin bpk bisa googling untuk mencarinya

    • saya punya biografinya semua,bisa hubungi saya.di no 085231996177.rumahku kab nganjuk desa ngetos kec ngetos.bisa bantu 24 jam gratis.juga bisa baca buku sejarah di tempatku banyak kususnya sejarah yang ada di indonesia

      • bisa tolong cari tau siapa saja pengikut ratu sekar kedhaton permaisuri hamengkubuwono V yang diasingkan di manado? kakek saya langsung adalah ayng turut bersama ratu waktu itu, namanya raden mas soepredjo. cuma terputus pengetahuan saya sampai disitu, ingin tau silsilah keatasnya.. kami sudah dapat surat dari keraton, cuma tidak disebutkan nama-nama keluarga disana

        • pradana
        • October 8th, 2015

        Kepada dwi asestya erna wati, punya pin bbm/facebook? Saya ingin menanyakan beberapa hal

    • Ade Martani
    • January 21st, 2013

    Siapapun Asal-usul seorang, kita harus tetap menomor satukan Hablum Minalloh hubungan kita kepada Sang pencipta…. Dialah yang akan menyelamatkan kita nanti di akherat……

    • Agung
    • March 27th, 2013

    bolehkah saya bertanya apabila ada yg tau..apakah ada cerita dari raja jogja yg memiliki 2 anak yg brmuka mirip (kembar) yg satunya lahir dr rahim prmaisuri dan satuya lg lahir dr selir?bagi yg mngetahui dimohon pnjelasannya terima kasih:)

    • agung
    • March 27th, 2013

    ko tadi comen yg tadi saya tulis ga muncul lg ya??:)

  5. I’d like to find out more? I’d like to find out some additional
    information.

    • gunaim cepu
    • April 25th, 2013

    SIMBAH BUYUTKU JUGA KATANYA KETURUNAN DARI KANJENG SULTAN HAMENGKUBUWONO KE III DARI ISTERI SELIR
    MBAH BUYUTKU BERNAMA SIMBAH TOTOKROMO
    dukuh blimbing desa purworejo kecamatan padangan

      • anak medan
      • September 6th, 2013

      Apakah simbah TOTOKROMO masih saudara dgn Simbah Junolo? Atau apakah anak Diponegoro ada yg berrnama Junolo yg tinggal di dusun Tegalrejo desa Tegalharjo kec Iromoko kab Wonogiri? Simbah Junolo adalah bapaknya buyut saya. Karena 6 org paranormal yg pernah bertemu saya mengatakan bahwa saya keturunan diponegoro. Memang saya sendiri merasa aneh dgn itu krn kami benar2 rakyat jelata.

      • di tempatku juga banyak makam para prajurit mataram namanya semua awal iro semua,dan data ada di saya,dan juga peninggalan buku tulisan tahun 1800.yang isinya silsilah para keturunan dari raja surakarta,dan silsilah para raja jogja sampai mataram,juga ada makam para raja mataram ,jogja dan surakarta.sampai sekarang banyak orang ke rumahku untuk mencari sejarah maupun keluarganya,mulai dari pemerintah daerah maupun pelajar dan umum

    • putrijlitheng
    • August 28th, 2013

    Untuk keraton Kasultanan Jogja, untuk mendapatkan gelar kebangsawanan bagi yg merasa masih keturunan keraton, setahu saya, kalau tidak ada “kekancingan” atau semacam sertifikat/surat keterangan dari pihak keraton, gak akan bisa di setujui. Paling tidak ada dsar yg kuat, di sini, gelar berjenjang, akan diberikan, lewat semacam wisuda, tanpa keluar sepeserpun duit kecuali untuk beli meterai, leges, biaya administrasi gak sampe Rp. 50 rb,-

    • di tempat ku ada data yang isinya menyampaikan nama orang tersebut sebagai pejuang kerajaan dan tertulis pernah perang di darah bali dan selanjutnya di panggil ke kerajaan,apakah ada data di kerajaan surakarta atau jogja ya,kl ada yang tau hubungi saya.

  6. Sangat bagus ulasan nya memperkaya sejarah jawa khususnya dan indonesia umumnya

    • nerah wiranata kusuma
    • March 15th, 2014

    sy ingin menanyakan silsilah raja jogja yang ke empat dan ke lima, siapa saja keluarganya siapa saja anak dan istrinya ?..karena kata orngtua sy masih keturunan raja jogja ke empat ato ke lima..

    • Prasetiyo Padangan
    • March 26th, 2014

    sedulur Gunaim cepu..
    SIMBAH BUYUTKU JUGA KATANYA KETURUNAN DARI KANJENG SULTAN HAMENGKUBUWONO KE III DARI ISTERI SELIR
    MBAH BUYUTKU BERNAMA SIMBAH TOTOKROMO
    dukuh blimbing desa purworejo kecamatan padanga..

    dari pernyataan dulur di atas kok sama dengan saya,,
    kalo boleh tau,,dulur dari sisilah Simbah TOTOKROMO, keturunan/generasi yang ke berapa,,,
    trimakasih..

      • pradana
      • October 8th, 2015

      mas prasetiyo padangan. siimbah buyut saya tu juga masihketurunan hb 3.e , alamatku di kulon progo perbatassan purworejo, lha njenengan purworejone pundi nek angsal ngertos?

    • Adhitya
    • September 21st, 2014

    Assalamu Alaikum. wr wb…sugeng ndalu ingkang wening.
    saya tidak perlu sebutkan nama saya atau apapun tentang hubungan darah yg mengalir ditubuh saya, karena saya masih keturunan asli dari keraton Mataram. dari comment yg saya simak diatas, sepertinya sudah wktnya pihak Keraton menyempatkan diri untuk membuat semacam pohon silsilah untuk ketemu. karena dengan Comment diatas saya merasa anda- anda semua adalah saudara- saudara saya yg masih sedarah. “…mbok ayo to Dimas, Diajeng, Kangmas, mbakyu, Pakdhe, Budhe, Bulik, Paklik, lan sedanten sedulur sami ngelingaken waktu inggeh puniko damel sami kundur.”

      • endah pancaningsih curtis
      • January 4th, 2017

      Hoooohh mas Adhitya, ibuku juga bilang kami keturunan embuh, ora patio jelas, itu, dulu sebelumnya ora patio thak gagas, ngendikane ibu….. sekarang anakku tanya aku hanya bisa bilang embuh tadi. Karena darj pihak suamiku bis dilack sampai keturunan ke 10 keatas…..lha aku hanya sampai kakekku saja.

  7. apakah nama raden mas ,pda nama depan itu mengandung keturunan silsilah nama q RM.haryo patih sejati….apa itu ada hubnganya dengan raden mas yg dlu dlu…jogya kepatihan.terima kasih

    • darto
    • November 30th, 2014

    Raja2 jogja apakah masi kturunan ki ageng pemanahan..?

    • satriadhi
    • January 31st, 2015

    saya pernah denger nama HB II itu pangeran purbaya? itu bener atau salah yak? dan apakah beda dengan pangeran purbaya di wot galeh? terima kasih

    • satriadhi
    • January 31st, 2015

    kebetulan saya ada kekancingan yg menunjukkan saya keturunan HB II jadi saya ingin tau mengenai HB II,,, terima kasih atas info2nya

    • deni
    • May 3rd, 2015

    Saya cuma ingin tanya kenapa tulisan sri sultan bnyk ditulis SRI SULTAB pk B terutama pada gambar2 di atas. Dan tahu bertahta su,tan hb I apakah sudah betul?

    • deni
    • May 3rd, 2015

    Saya cuma ingin tanya kenapa tulisan sri sultan bnyk ditulis SRI SULTAB pk B terutama pada gambar2 di atas. Dan tahun bertahta sultan hb I apakah sudah betul?

    • Agong
    • December 7th, 2015

    Maaf mau nanya ada ngga keturunan raja keraton diminta keluar dari istana lalu menjadi rakyat biasa? Sekadar bertanya.

  8. Reblogged this on oyikk and commented:
    Sebagai perhatian,…. catatan, dan pengetahuan tentang apa saja yg dilakukan leluhur kita.

  1. December 14th, 2010
    Trackback from : Raja Yogya « Wong168's Blog
  2. January 16th, 2011

Leave a reply to raden nabuwono Cancel reply